Sebagian masyarakat kita bangga dan suka akan samurai, atau sebagian masyarakat kita gemar mengkoleksi perlengkapan baju zirah eropa, atau bahkan sebagian masyarakat kita bangga mengkoleksi mandau atau pedang khas dari makasar. Ketika orang orang berduyun duyun datang ke sebuah pameran untuk melihat 'zulfikar'. Siapakah Zulfikar itu, tak lain dan tak bukan adalah pedang milik Rasulullah, Muhammad SAW.
Sungkan kah kita mengkoleksi dan mencari samurai yang katanya ada nomor registrasinya, sungkankah kita mengkoleksi dan menempuh ribuan mil tuk ke eropa guna mengkoleksi perlengkapan baju zirah di eropa sana, atau malunya kita memberi nama anak kita sama dengan nama pedang Rasulullah. Jawabannya adalah tidak, kita bangga dengan samurai Jepang yang bisa dibuat ikat pinggang, kita bangga dengan rangkaian baju zirah yang kita pampang di ruang tamu rumah kita atau kita bangga menamakan anak kita seperti pedang Rasulullah.
Mari kita lihat di sekitar kita, banyak sekali senjata tajam yang ada di sekitar kita, bahkan di pulau Jawa ini pun banyak sekali senjata hebat dilahirkan dari banyak sekali empu yang pandai. Bukan hanya pandai dalam menempa sebongkah besi menjadi senjata, akan tetapi lebih daripada itu. Membuat sebuah senjata yang selain bisa digunakan untuk membunuh, pertahanan diri dan bekerja tapi juga bisa digunakan untuk mengkomunikasikan sesuatu dan menunjukkan jati diri pemilik senjata tersebut.
Senjata tersebut adalah keris.....
Keris adalah sebuah mahakarya yang dilahirkan dari banyak empu, tiap masa ada keris yang dilahirkan oleh tangan tangan hebat di beselen (red : tempat membuat keris) pada tiap tiap kerajaan. Pada setiap bilah keris ini juga akan bisa melambangkan bagaimana keris itu 'dilahirkan'. Keris yang dilahirkan pada masa peperangan akan memiliki condong leleh (red : sudut yang dihitung dari tegak lurusnya keris) lebih besar dibandingkan dengan keris yang dilahirkan pada masa masa tanpa pergolakan. Tingkat kekerasan bahan dan pamor (red : lukisan/ornamentasi putih yang ada di atas bilah) juga akan berbeda untuk tiap tiap masa kemakmuran dan kesejahteraan rakyat yang ada. Keris dengan tingkat kekerasan paling tinggi dimiliki oleh keris karya dari Mpu Brojoguno dengan tangguh Mataram, hal ini dikarenakan pada saat kerajaan Mataram musuh yang dihadapi adalah kompeni belanja yang menggunakan senjata api dan bayonet, sehingga lahirlah keris keris dengan tingkat kekerasan tinggi hingga mampu memotong laras dari senjata api dan meluluhlantakkan bayonet milik kompeni.
Kita sering dengan Keris Nogososro Sabuk Inten, kita sering kali mendengar keris Kanjeng Kyai Jaka Piturun milik Keraton Jogjakarta, kita juga gak asing dengan nama Kanjeng Kyai Sengkelat miliki Kanjeng Sunan Kalijaga. Tapi mungkin sebagian orang orang muda di Jogja, Solo, Semarang dan sekitarnya malah tidak tau dan tidak mengenal apa dan siapa apalagi kenapa keris tersebut dinamakan hal itu. Bahkan ada segolongan orang yang mengatakan syirik, kenapa keris dinamai layaknya manusia, dan bagimana dengan Zulfikar. Bukannya dua benda itu adalah sama, sama sama senjata tajam yang dipergunakan saat peperangan dan digunakan untuk membunuh dan bertahan, kenapa Zulfikar bisa diterima dan kenapa Kanjeng Kyai Sengkelat (red : misal) tidak diterima. Apakah karna klenik yang menyertai nama Kanjeng Kyai, ataukah ada wewangian yang menyertai keris serta bunga bunga yang ada disekitar keris itu. Bukannya Rasulullah juga mengajarkan menggunakan wewangian disaat saat tertentu, dan sepengingat saya, Zulfikar juga berbau sangat harum kala di pamerkan di IAIN Jogjakarta kala itu.
Trus pertanyaannya adalah.....
Kenapa keris dianaktirikan diantara keturunan senjata tajam yang kita kenal sekarang, mungkin orang lebih bangga memiliki samurai Jepang ketimbang keris hasil mahakarya Mpu Djeno Harumbrojo, atau mahakarya dari Mpu Supo Sepuh.
Kenapa keris diidentikkan dengan klenik hanya karna wewangian yang ada dan menempel pada bilah keris sementara banyak pedang milik Roma dan Arab yang juga harum bau bilah nya tidak dipermasalahkan ke klenik annya.
Kenapa keris diidentikkan dengan syirik hanya karna nama Kanjeng Kyai yang menempel pada depan namanya sementara banyak pedang milik Archiles yang memiliki nama disanjung dan berkali kali di kunjungi di museum.
Kenapa banyak keris dibuang dilaut oleh sebagian masyarakat kita karna kita takut dibilang syirik sementara banyak museum dari banyak negara mengejar ngejar keris sebagai mahakarya tak ternilai harganya. Sesuatu yang tidak adil sedang berlangsung di negara ini kepada sebuah mahakarya yang tidak ternilai harganya, pada kesempatan kesempatan kedepan insyaAllah kita akan bahas seluk beluk keris menurut beberapa persepsi.
Satu tujuan saya, kita bangga dengan keris kita berarti kita bangga akan jati diri kita, sebuah mahakarya yang dibuang karna sebuah ketidaktahuan mereka.........