Wednesday, September 3, 2014

Dapur keris yang fenomenal......

Dapur Keris adalah penamaan ragam bentuk atau tipe keris, sesuai dengan ricikan yang terdapat pada keris itu dari jumlah luknya. Penamaan dapur keris ada patokannya, ada pembakuannya. Dalam dunia perkerisan, patokan atau pembakuan ini biasanyadisebut pakem dapur keris.

Misalnya, keris yang bentuknya lurus, memakai gandik polos, tikel alis, dan pejetan disebut keris dapur Tilam Upih. Jadi, semua keris yang bentuknya seperti itu, namanya tetap dapur Tilam Upih. Keris buatan manapun, siapapun, kalau bentuknya seperti itu, namanya tetap dapur Tilam Upih. Pembedaan selanjutnya adalah dengan melihat tangguh (zaman pembuatannya atau gaya pembuatannya), melihat gambaran pamornya, dan memperkirakan empu pembuatnya.

Dalam dunia pakerisan di masyarakat suku bangsa Jawa mengenal 145 macam dapur keris. Namun dari jumlah itu, yang dianggap sebagai dapur keris yang baku atau mengikuti pakem hanya sekitar 120 macam.

Serat centini, salah satu sumber tertulis yang dapat dianggap sebagai pedoman dapur keris yang pakem, memuat rincian jumlah dapur keris sebagai berikut :

Keris lurus ada 40 macam dapur. Keris luk tiga ada 11 macam. Keris luk lima ada 12 macam. Keris luk tujuh ada 8 macam. Keris luk Sembilan ada 13 macam. Keris luk sebelas ada 10 macam. Keris luk tiga belas ada 11 macam. Keris luk lima belas ada 3 macam. Keris luk tujuh belas ada 2 macam. Keris luk Sembilan belas sampai luk dua puluh Sembilan, masing-masing ada satu macam.

Sedangkan, menurut manuskrip Sejarah Empu, karya Pangeran Wijil, jumlah dapur yang dianggap pakem lebih banyak lagi. Catatan itu menunjukkan dapur keris lurus ada 44 macam, yang luk tiga ada 13 macam, luk sebelas ada 10 macam, luk tiga belas ada 11 macam, luk lima belas ada 6 macam, luk tujuh belas ada 2 macam, luk Sembilan belas sampai luk dua puluh Sembilan ada dua macam dan luk tiga puluh lima ada satu macam.

Jumlah dapur yang dikenal sampai dengan dekade tahun 1990-an, lebih banyak lagi. Di Pulau Jawa pada umumnya, dan Jawa Tengan, Jawa timur khususnya, serta Pulau Madura, orang mengenal ragam bentuk dapur keris sebagai berikut :

Dapur Keris Lurus

  1. Beto
  2. Brojol
  3. Tilam Upih atau Tilam Petak
  4. Jalak
  5. Panji Nom
  6. Jaka Upa atau Jaga upa
  7. Semar Betak
  8. Regol
  9. Karna Tinanding
  10. Kebo Teki
  11. Kebo Lajer
  12. Jalak Nguwuh atau Jalak Ruwuh
  13. Sempaner atau Sempana Bener
  14. Jamang Murub
  15. Tumenggung
  16. Patrem
  17. Sinom Worawari
  18. Condong Campur
  19. Kalamisani
  20. Pasopati
  21. Jalan Dinding
  22. Jalak Sumelang Gandring
  23. Jalak Ngucup Madu
  24. Jalak Sangu Tumpeng
  25. Jalak Ngore
  26. Mundarang atau Mendarang
  27. Yuyurumpung
  28. Mesem
  29. Semar Tinandu
  30. Ron Teki atau Roning Teki
  31. Dungkul
  32. Kelap Lintah
  33. Sujen Ampel
  34. Lar Ngatap atau Lar Ngantap
  35. Mayat atau Mayat Miri (ng)
  36. Kanda Basuki
  37. Putut dan Putut Kembar
  38. Mangkurat
  39. Sinom
  40. Kala Muyeng atau Kala Munyeng
  41. Pinarak
  42. Tilam Sari
  43. Jalak Tilam Sari
  44. Wora-Wari
  45. Marak
  46. Dammar Murub atau Urubing Dilah
  47. Jaka Lola
  48. Sepang
  49. Cundrik
  50. Cengkrong
  51. Ngapasa atau Naga Tapa
  52. Jalak Ngoceh
  53. Kala Nadah
  54. Balebang
  55. Pedak Sategal
  56. Kala Dite
  57. Pandan Sarawa
  58. Jalak Barong atau Jalak Makara
  59. Bango Dolog Leres
  60. Singa Barong Leres
  61. Kikik
  62. Mahesa Kantong
  63. Maraseba

Dapur Keris Luk Tiga

  1. Jangkung Pacar
  2. Jangkung Mangkurat
  3. Mahesa Nempuh
  4. Mahesa Soka
  5. Segara Winotan atau Jaladri Winotan
  6. Jangkung
  7. Campur Bawur
  8. Tebu Sauyun
  9. Bango Dolog
  10. Lar Moga atau Manglar Monga
  11. Pudak Sategal Luk Tiga
  12. Sainga Barong Luk Tiga
  13. Kikik Luk Tiga
  14. Mayat
  15. Jangkung
  16. Wuwung
  17. Mahesa Nabrang
  18. Anggrek Sumelang Gandring

Dapur Keris Luk Lima

  1. Pandawa
  2. Pandawa Cinarita
  3. Pulanggeni
  4. Anoman
  5. Kebo Dengen atau Mahesa Dengen
  6. Pandawa Lare
  7. Pundak Sategal Luk Lima
  8. Urap-urap
  9. Nagasalira atau Naga Sarira
  10. Naga Siluman
  11. Bakung
  12. Rara Siduwa atau lara Siduwa atau Rara Sidupa
  13. Kikik Luk Lima
  14. Kebo Dengen
  15. Kala Nadah Luk Lima
  16. Singa Barong Luk Lima
  17. Pandawa Ulap
  18. Sinarasah
  19. Pandawa Pudak Sategal

Dapur Keris Luk Tujuh

  1. Crubuk atau Carubuk
  2. Sempana Bungkem
  3. Balebang Luk Tujuh
  4. Murna Malela
  5. Naga Keras
  6. Sempan Panjul atau Sempana Manyul
  7. Jaran Guyang
  8. Singa Barong Luk Tujuh
  9. Megantara
  10. Carita Kasapta
  11. Naga Keras
  12. Naga Kikik Luk Tujuh

Dapur Keris Luk Sembilan

  1. Sempana
  2. Kidang soka
  3. Carang Soka
  4. Kidang Mas
  5. Panji Sekar
  6. Jurudeh
  7. Paniwen
  8. Panimbal
  9. Sempana Kalentang
  10. Jaruman
  11. Sabuk Tampar
  12. Singa Barong Luk Sembilan
  13. Buta Ijo
  14. Carita Kanawa Luk Sembilan
  15. Kidang Milar
  16. Klika Benda

Dapur Keris Luk Sebelas

  1. Carita
  2. Carita Daleman
  3. Carita Keprabon
  4. Carita Bungkem
  5. Carita gandu
  6. Carita Prasaja
  7. Carita Genengan
  8. Sabuk Tali
  9. Jaka Wuru
  10. Balebang Luk Sebelas
  11. Sempana Luk Sebelas
  12. Santan
  13. Singa Barong Luk Sebelas
  14. Naga Siluman Luk Sebelas
  15. Sabuk Inten
  16. Jaka Rumeksa atau Jaga Rumeksa

Dapur Luk Tiga Belas

  1. Sengkelat
  2. Parung Sari
  3. Caluring
  4. Johan Mangan Kala
  5. Kantar
  6. Sepokal
  7. Lo Gandu atau Lung Gandu
  8. Nagasasra
  9. Singa Barong Luk Tiga Belas
  10. Carita Luk Tiga Belas
  11. Naga Siluman Luk Tiga Belas
  12. Mangkunegoro
  13. Bima Kurda Luk Tiga Belas
  14. Karawelang Luk Tiga Belas atau Kala Welang

Dapur Keris Luk Lima Belas

  1. Carang Buntala
  2. Sedet
  3. Ragawilah
  4. Raga Pasung
  5. Mahesa Nabrang atau Kebo Nabrang
  6. Carita Buntala Luk Lima Belas

Dapur Keris Luk Tujuh Belas

  1. Carita Kalentang
  2. Sepokal Luk Tujuh Belas
  3. Lancingan atau Kancingan atau Cancingan
  4. Ngamper Buta

Dapur Keris Luk Sembilan Belas

  1. Trimurda
  2. Karacan
  3. Bima Kurda Luk Sembilan Belas

Dapur Keris Luk Dua Puluh Satu

  1. Kala Tinanding
  2. Trisirah
  3. Drajid

Dapur Keris Luk Dua Puluh Lima

  1. Bima Kurda Luk Dua Puluh Lima

Dapur Keris Luk Dua Puluh Tujuh

  1. Tagawirun

Dapur Keris Dua Puluh Sembilan

  1. Kala Bendu Luk Dua Puluh Sembilan

Tuesday, September 2, 2014

Pamor keris pasti beda dengan Pamor Artis.......

Pamor merupakan hiasan atau motif atau ornamen yang terdapat pada bilah tosan aji (Keris, Tombak, Pedang atau Wedung dan lain lainnya). Hiasan ini dibentuk bukan karena diukir atau diserasah (Inlay) atau dilapis tetapi karena teknik tempaan yang menyatukan beberapa unsure logam yang berlainan.
Teknik tempa ini sampai saat ini hanya dikuasai oleh para Empu dari wilayah Nusantara dan sekitarnya saja (Malaysia, Brunei, Philipina dan Thailand) walau ada yang berpendapat asal teknik ini dari Tibet atau Nepal, tetapi pendapat tersebut tidak beralasan sama sekali.

Diluar wilayah Nusantara dan sekitarnya biasanya hanya dikenal teknik Inlay saja seperti pedang dari Iran atau negara Eropa lainnya sehingga walau secara seni (art) tampak indah tetapi kesan “Wingit” nya tidak ada sama sekali. Ada kalanya Pedang buatan Empu diluar wilayah Nusantara terdapat juga Pamor, tetapi biasanya karena tanpa sengaja sewaktu dibuat pedang tersebut tercampur beberapa logam lainnya yang mengakibatkan timbulnya pamor tersebut, kadangkala munculnya pamor tersebut setelah pedang tersebut berumur ratusan tahun.

Ini pula yang mungkin menjadi dasar Empu diwilayah Nusantara (Khususnya Jawa) yang mengolah cara pencampuran berbagai logam sehingga terbentu pamor yang indah dan bernilai seni tinggi.
Bahan pamor ini oleh kebanyakan penulis dari barat dikatakan dari bahan Nikel, padahal ini salah sama sekali karena berdasarkan penelitian oleh Bapak. Haryono Aroembinang MSc (alm) dan beberapa ahli di BATAN Jogjakarta didapat bukti bahwa bahan itu adalah Titanium, suatu bahan yang baru pada abad 20 digunakan sebagai bahan pelapis kendaraan angkasa luar, padahal empu kita sudah menggunakannya dari dulu. Ini diterangkan sebagai berikut, ketika meteor masuk ke atmosfir bumi maka sebagian besar bahan tembaga, besi, nikel, timbel, kuningan terbakar hancur dan hanya titanium yang bertahan sampai bumi. Bahan baku pamor dahulu dibuat dari meteor yang terdapat dibumi sehingga keris jaman dulu banyak mengandung Titanium dan beratnya juga ringan.

Terkenal dulu bahan pamor dari Luwu, Sulawesi Selatan yang dibawa oleh pedagang dari Bugis.
Bahan Pamor yang paling terkenal adalah Pamor Prambanan, saat ini ada di Kraton Surakarta diberi nama Kanjeng Kyai Pamor dan ukurannya sekarang tinggal sekitar 60x60x80 Cm sebesar meja kecil karena sudah banyak digunakan empu membuat karis pesanan dari Kraton.
Setelah bahan meteorit susah didapat, barulah bahan Nikel digunakan, sehingga keris saat ini bobot nya biasanya lebih berat dari keris kuno.

PAMOR MLUMAH, PAMOR MIRING

Dilihat dari cara pembuatannya sebetulnya hanya dua cara pembuatan Pamor yang baik yaitu Mlumah dan Miring. Pamor mlumah adalah lapisan-lapisan pamornya mendatar sejajar dengan permukaan tosan aji sedangkan pamor miring lapisan pamornya tegak lurus permukaan bilah.
Ada juga tosan aji yang dibuat dengan kombinasi pamor mlumah dan miring hanya saja pembuatannya sangat sulit, lebih sulit dari pembuatan pamor miring.
Pamor Mlumah biasanya bermotif Beras Wutah, Ngulit Semangka, Satria Pinayungan, Udan Mas, Wulan-wulan dan sebagainya, sedangkan Pamor Miring umumnya motif Adeg, Batu Lapak, Sodo Saeler, Tumpuk dll. Kesan Pamor Miring agak kasar bila diraba bilahnya dan nyekrak dibanding pamor mlumah.

Pamor Mlumah/Miring
 Apabila lipatannya banyak, baik di pamor mlumah atau miring, maka hasilnya kemungkinan akan menjadi pamor luluhan, praktis pamor dan besi sudah “menyatu” walau tidak terlalu homogen, ini akan terlihat dengan menggunakan kaca pembesar.
Pamor luluhan yang gampang terlihat antara lain di keris buatan Empu Pitrang dijaman Blambangan, diantara pamor Adeg pada beberapa bagian bilah tampak pamor luluan yang sepintas seperti pamor Nggajih.
Kalau lipatannya lebih banyak lagi seperti buatan Empu Pangeran Sedayu maka pamor luluhan ini tidak tampak dengan mata telanjang dan sangat kecil atau tiad mungkin kena karat karena menyatunya bahan pamor dengan bahan besinya.

Cara lainnya
Ada cara lain membuat pamor selain Mlumah dan Miring yaitu dengan cara mengoleskan bahan pamor ke bilah, biasanya bukan dari batu meteorit tetapi logam yang titik leburnya lebih rendah dari besi, caranya dengan menuangkan bahan tersebut yang cair kebilah besi yang membara kemudian dioleskan dengan ujung mancung (kelopak bunga) kelapa sebelum bahan cair tersebut mengeras dan dibuat pamor yang dikehendaki si Empu. Hasilnya umumnya kasar bila diraba dan pamor ini disebut Ngintip (dari Intip/Kerak nasi).

cara lain buat pamor mlumah



Cara ini hanya digunakan Empu luar keraton, empu Desa atau disebut juga empu Njawi.Ada lagi cara membuat pamor dengan menyiramkan bahan pamor cair ke bilah membara dari pangkal keris keujungnya, pamornya dinamakan Nggajih karena menyerupai lemak.


PAMOR REKAN dan PAMOR TIBAN.

Sewaktu membuat keris, Sang Empu berpasrah diri kepada Tuhan YME dan menyerahkan saja bagaimana bentuk pamor yang terjadi maka biasanya pamor yang timbul disebut pamor Tiban, sedangkan bila selama pembuatan direka oleh sang Empu maka pamor yang terjadi disebut pamor rekan.
Pamor rekan sering juga gagal dalam pembuatannya, misal sang empu ingin membuat pamor Ron Genduru tetapi jadinya malah Ganggeng Kanyut.
Sebenarnya agak sulit membedakan mana pamor rekan atau tiban karena bisa dilihat dari sudut pandang yang berbeda-beda.
Pamor Rekan
Banyak yang menganggap pamor ini pamor titipan, selain itu banyak yang menganggap ini sebagai pamor tiban karena tidak bisa dibuat secara sengaja.
Pamor ini seperti bisul menonjol sekitar 1 mm diatas permukaan bilah umumnya berbentuk lingkaran, baik bulat atau lonjong tetapi ada yang berbentuk gambar membujur lancip panjang. Letaknya bisa dibagian sor-soran, tengah ataupun pucuk. Bisa ditepi atau tengah bilah dan termasuk pamor yang baik serta dicari banyak orang.
Bagaiman pamor ini timbul tidak bisa diterangkan secara pasti, tetapi diduga saat “masuh” atau membersihkan bahan keris dari kotoran, ada unsur logam lain yang menyelip dan lebih keras dari unsur logam besi, tetapi ini baru dugaan saja.


PAMOR AKHODIYAT

Namanya kadang Akordiyat, Kodiyat atau Akadiyat. Wujudnya menyerupai lelehan dari tepi bentuk pamor dengan warna putih cemerlang keperakan dan lebih cemerlang dibanding keputihan pamor pada umumnya.
Ada yang menganggap sebagai pamor titipan atau “sifat” dari pamor tersebut, ternyata semua salah.
Sebetulnya ini terjadi karena penempaan pamor tersebut dilakukan pada suhu yang tepat yang berbeda setiap bahannya, jadi susah diduga berapa suhu yang tepat itu, sehingga banyak yang sepakat bahwa pamor ini dikategorikan ke pamor tiban.
Di Madura biasa disebut pamor “dheling”, kalau tersebar dipermukaan bilah disebut “dheling setong” dan dianggap mempunyai tuah baik.
Pamor dheling yang terbaik terdapat di pucuk bilah dan disebut “dheling pucuk” dan atau dibagian peksi yang disebut “dheling peksi”.


PAMOR TITIPAN.


Pamor Titipan
 Pamor ini berbentuk rangkaian kecil yang merupakan perlambang atau tuah tertentu dan pamor ini jarang berdiri sendiri, umumnya tergabung dengan pamor lain yang lebih dominan, antara lain Beras Wutah, Pulo Tirto atau Pendaringan Kebak.
Pamor ini ada yang merupakan pamor tiban, tidak sengaja dibuat seperti Pamor Rahala, Dikiling, Inkal, Putri Kinurung, Gedong Mingkem, Jung Isi Dunya, Telaga Membleng dll.
Pamor titipan yang merupakan pamor rekan antara lain yang terkenal adalah Kuto Mesir, Kul Buntet, Udan Mas, Watu Lapak dll.
Pamor Titipan yang merupakan pamor tiban dibuat bersama dengan pamor lainnya sedangkan yang rekan biasanya dibuat setelah pamor dominan jadi, merupakan pamur yang disusulkan.

Wednesday, August 27, 2014

sebuah mahakarya yang terbuang

Sebagian masyarakat kita bangga dan suka akan samurai, atau sebagian masyarakat kita gemar mengkoleksi perlengkapan baju zirah eropa, atau bahkan sebagian masyarakat kita bangga mengkoleksi mandau atau pedang khas dari makasar. Ketika orang orang berduyun duyun datang ke sebuah pameran untuk melihat 'zulfikar'. Siapakah Zulfikar itu, tak lain dan tak bukan adalah pedang milik Rasulullah, Muhammad SAW.

Sungkan kah kita mengkoleksi dan mencari samurai yang katanya ada nomor registrasinya, sungkankah kita mengkoleksi dan menempuh ribuan mil tuk ke eropa guna mengkoleksi perlengkapan baju zirah di eropa sana, atau malunya kita memberi nama anak kita sama dengan nama pedang Rasulullah. Jawabannya adalah tidak, kita bangga dengan samurai Jepang yang bisa dibuat ikat pinggang, kita bangga dengan rangkaian baju zirah yang kita pampang di ruang tamu rumah kita atau kita bangga menamakan anak kita seperti pedang Rasulullah.

Mari kita lihat di sekitar kita, banyak sekali senjata tajam yang ada di sekitar kita, bahkan di pulau Jawa ini pun banyak sekali senjata hebat dilahirkan dari banyak sekali empu yang pandai. Bukan hanya pandai dalam menempa sebongkah besi menjadi senjata, akan tetapi lebih daripada itu. Membuat sebuah senjata yang selain bisa digunakan untuk membunuh, pertahanan diri dan bekerja tapi juga bisa digunakan untuk mengkomunikasikan sesuatu dan menunjukkan jati diri pemilik senjata tersebut.

Senjata tersebut adalah keris.....

Keris adalah sebuah mahakarya yang dilahirkan dari banyak empu, tiap masa ada keris yang dilahirkan oleh tangan tangan hebat di beselen (red : tempat membuat keris) pada tiap tiap kerajaan. Pada setiap bilah keris ini juga akan bisa melambangkan bagaimana keris itu 'dilahirkan'. Keris yang dilahirkan pada masa peperangan akan memiliki condong leleh (red : sudut yang dihitung dari tegak lurusnya keris) lebih besar dibandingkan dengan keris yang dilahirkan pada masa masa tanpa pergolakan. Tingkat kekerasan bahan dan pamor (red : lukisan/ornamentasi putih yang ada di atas bilah) juga akan berbeda untuk tiap tiap masa kemakmuran dan kesejahteraan rakyat yang ada. Keris dengan tingkat kekerasan paling tinggi dimiliki oleh keris karya dari Mpu Brojoguno dengan tangguh Mataram, hal ini dikarenakan pada saat kerajaan Mataram musuh yang dihadapi adalah kompeni belanja yang menggunakan senjata api dan bayonet, sehingga lahirlah keris keris dengan tingkat kekerasan tinggi hingga mampu memotong laras dari senjata api dan meluluhlantakkan bayonet milik kompeni.

Kita sering dengan Keris Nogososro Sabuk Inten, kita sering kali mendengar keris Kanjeng Kyai Jaka Piturun milik Keraton Jogjakarta, kita juga gak asing dengan nama Kanjeng Kyai Sengkelat miliki Kanjeng Sunan Kalijaga. Tapi mungkin sebagian orang orang muda di Jogja, Solo, Semarang dan sekitarnya malah tidak tau dan tidak mengenal apa dan siapa apalagi kenapa keris tersebut dinamakan hal itu. Bahkan ada segolongan orang yang mengatakan syirik, kenapa keris dinamai layaknya manusia, dan bagimana dengan Zulfikar. Bukannya dua benda itu adalah sama, sama sama senjata tajam yang dipergunakan saat peperangan dan digunakan untuk membunuh dan bertahan, kenapa Zulfikar bisa diterima dan kenapa Kanjeng Kyai Sengkelat (red : misal) tidak diterima. Apakah karna klenik yang menyertai nama Kanjeng Kyai, ataukah ada wewangian yang menyertai keris serta bunga bunga yang ada disekitar keris itu. Bukannya Rasulullah juga mengajarkan menggunakan wewangian disaat saat tertentu, dan sepengingat saya, Zulfikar juga berbau sangat harum kala di pamerkan di IAIN Jogjakarta kala itu.

Trus pertanyaannya adalah.....

Kenapa keris dianaktirikan diantara keturunan senjata tajam yang kita kenal sekarang, mungkin orang lebih bangga memiliki samurai Jepang ketimbang keris hasil mahakarya Mpu Djeno Harumbrojo, atau mahakarya dari Mpu Supo Sepuh.

Kenapa keris diidentikkan dengan klenik hanya karna wewangian yang ada dan menempel pada bilah keris sementara banyak pedang milik Roma dan Arab yang juga harum bau bilah nya tidak dipermasalahkan ke klenik annya.

Kenapa keris diidentikkan dengan syirik hanya karna nama Kanjeng Kyai yang menempel pada depan namanya sementara banyak pedang milik Archiles yang memiliki nama disanjung dan berkali kali di kunjungi di museum.

Kenapa banyak keris dibuang dilaut oleh sebagian masyarakat kita karna kita takut dibilang syirik sementara banyak museum dari banyak negara mengejar ngejar keris sebagai mahakarya tak ternilai harganya. Sesuatu yang tidak adil sedang berlangsung di negara ini kepada sebuah mahakarya yang tidak ternilai harganya, pada kesempatan kesempatan kedepan insyaAllah kita akan bahas seluk beluk keris menurut beberapa persepsi.

Satu tujuan saya, kita bangga dengan keris kita berarti kita bangga akan jati diri kita, sebuah mahakarya yang dibuang karna sebuah ketidaktahuan mereka.........


Tuesday, August 26, 2014

alergi dengan satu kata.....KEJAWEN

Kadang kita lari terbirit birit begitu mendengar kata kejawen, pasti yang langsung terlintas dalam otak kita adalah klenik, mistis dan tahayul bahkan bisa lebih.....syirik.

Benar kah itu.....

Mungkin orang yang berpendapat seperti tersebut diatas tidak salah seratus persen. Tapi menjatuhkan syirik kepada orang orang yang memahami dan melaksanakan kejawen adalah sebuah tindakan yang salah besar. Kita mulai dengan apa tho itu kejawen, kok kita menjadi sangat alergi dengan kata kata tersebut. 

Kejawen itu bukan sebuah aliran kepercayaan, kejawen juga bukan merupakan sebuah agama, akan tetapi kejawen adalah sebuah metode, cara pandang atau pemahaman terhadap sebuah kondisi dengan sudut pandang adat istiadat jawa, sehingga muncullah istilah KEJAWEN. Sebuah pola pandang, problem solving dan pemahaman terhadap suatu permasalahan sosial yang terjadi dengan menggunakan aspek dan pendekatan adat istiadat jawa. 

Trus kok kita alergi, mari coba kita lihat di belahan dunia lain ketia Rene Descartes memproklamirkan 'saya berpikir maka saya hidup' adalah sebuah pendekatan suatu permasalahan dengan sudut pandang ke AKU annya yang sangat kuat. Ketika titik balik peradaban yang terjadi di belahan dunia barat mendorong setiap insan yang berpikir di dunia barat kembali kepada alam untuk menemukan penyelesaian beberapa permasalahan yang dihadapinya, pemahaman secara holistik, pemahaman gender dan pemahaman naturalistik muncul sebagai salah satu metode pendekatan penyelesaian permasalahan sosial yang terjadi akhir akhir ini.

Di belahan pulau jawa, jauh sebelum pergolakan pola pikir terjadi di belahan barat sana, telah terjadi beberapa kali akulturasi budaya yang menyebabkan lahirnya sebuah metode, pola pandang dan pendekatan yang lebih adaptable (diterima) oleh masyarakat jawa pada kala tersebut. Pemahaman yang lahir pada masa Animisme dan Dinamisme sehingga memunculkan beberapa perlambang, logo, tanda dan filosofi yang mendalam dalam menyampaikan sebuah ajaran makna dan tuntunan. Perlambang, logo dan tanda tersebut adalah sebuah komunikan yang akan disampaikan pada proses komunikasi sebuah ajaran yang diterima di masyarakat kala tersebut, sehingga inilah hasil akulturasi yang muncul.

Kehadiran bunga, kemenyan, keris (baik dapur keris, pamor keris, warangka dan lain sebagainya), perkutut (baik katuranggan maupun jenisnya), dan lain sebagainya adalah sebuah komunikan, bukan hal yang utama, akan tetapi kehadiran komunikan tersebut diharuskan ada sehingga materi komunikasi yang akan disampaikan bisa berlangsung dan sampai ke tujuan. 

Seperti contoh, kembang liman, kenapa liman bukan enam atau empat, karna para wali saat itu hanya akan menyampaikan Rukun Islam, akan tetapi pada saat itu, bahasa arab adalah sesuatu yang masih dianggap sebagai bahasa antar planet alias asing. Maka untuk mempermudah penyampaiannya maka para wali dan pendakwah kala itu menyampaikan dengan perlambang kembang liman (kembang yang terdiri dari lima jenis tanaman) yaitu mawar, melati, kenanga, kantil kuning dan kantil putih.

Kenanga, dengan dasar dikenang, diingat maka pada saat itu kenanga atau kenongo adalah perlambang dua kalimat, layaknya sebuah janji yang harus dikenang diingat dan diikuti dan akan mengharumkan segala tindakan dan mewarnai setiap ibadah yang akan dilakukan. Maka bunga kenanga atau kenongo ini muncul sebagai perlambang dua kalimat syahadat.

Mawar, warna merahnya dan berulang dalam susuanannya melambangkan sholat lima waktu yang harus mendarah daging dan diulang ulang terus setiap harinya sehingga rakaat sholat haruslah tak terhitung (bila digabungkan sholat lima waktu dan sholat sunat) layaknya lembaran bunga dalam mawar yang ada.

Melati putih yang melambang kan kesucian dan kebersihan hati, dimana melambangkan puasa yang harus dijalani setiap insan beriman untuk medekatkan diri kepada sang khalik. Layaknya orang meninggal akan diiringi dengan roncean bunga melati karena melambangkan kesucian pada saat menghadap sang khalik. Itulah perlambang yang dimunculkan.

Sementara itu, kantil kuning dan kantil putih memiliki filosofi segala benda yang mengikuti, kantil atau mengikuti atau terikat, kantil kuning segala yang mengikuti dengan emas (kuning sebagai manifestasi emas) dan kantil putih (putih manifestasi baju ihrom) sehingga keduanya melambangkan zakat dan haji bilamana orang tersebut mampu. Bilamana dia memiliki harta yang melimpah maka zakat dan haji menjadi wajib bagi orang tersebut.

Itulah sekelumit contoh bagaimana sebuah ajaran kejawen dalam mengkomunikasikan sebuah ajaran yang ada saat itu, gak mungkin saat itu kita memberikan pelajaran dengan gadget atau android karna memang sebagaian besar orang pada saat itu tidak memahami ilmu berbasis binner tersebut, sehingga akulturasi yang dipakai pada saat itu merujuk pada budaya yang sudah terpatri dalam masyarakat kala itu. 

Sebuah ironi ketika kita mengapresiasi Rene Descartes sebagai bapak pembaharuan pola pikir dan mengesampingkan Sunan Kalijaga sebagai arsitek akulturasi budaya-agama kala itu, sungguh ironi anak bangsa ini.


who am i

mahesa lajer
Awal menulis dalam blog ini saya gak mau berat berat, sebetulnya apa tho guna blog ini. Banyak yg ingin diucapkan bibir tp terhalang tangan, banyak yg ingin diutarakan hati tp terhalang dinding, untuk itulah blog ini hadir.
Dalam nuansa kejawen dan kemasyarakatan semua wacana saya coba munculkan disini, semua yg berkaitan dengan apa yg ada dalam diri ini, akhirnya semoga blog ini memberi warna pada pola pikir saya serang, esok, la dan selamanya.